Makutarama
Awan
hitam menutupi sinar matahari, bumi berguncang sewaktu-waktu, di sebelah timur
lumpur panas muncul dari perut bumi hingga menerjang pedesaan, gunung gunung
berapi mengeluarkan isi perutnya bencana terkjadi dimana-mana seolah bumi sudah
tidak kuat menyangga dosa manusia. Banyak Rakyat jelata yang kelaparan , disisi
lain para kurawa di dalam tembok kerajaan tidak menghiraukan keadaan yang
dialami masyarakat, mereka hidup berfoya-foya siang malam seolah tidak terusik
akan apa yang terjadi dengan masyarakat di sekitarnya. Setiap malam berpesta
dengan berbagai fasilitas kerajaan yang mewah dan dimanjakan dengan makanan
yang serba enak, pakaian yang serba mewah dan fasilitas kerajaan yang serba
mewah , mengenakan perhiasan emas adalah hal biasa, makan dan minum dengan
piring dan gelas berbahan emas dengan hiasan berlian adalah hal yang biasa
dilakukan setiap hari di negara hastina, begitu kaya dan berkelimpahan harta di
negara hastina seolah tidak akan habis jika diambil dan dihambur-hamburkan
setiap harinya. Para kurawa yang berada dibawah nasehat patih harya suman
selalu terbiasa dengan kemewahan dan fasilitas yang selalu tersedia. Serta
sengaja tidak mau tau akan apa yang terjadi diluar tembok kerajaan dan derita
yang dialami oleh rakyat jelata.
Arjuna
yang melihat keadaan itu sudah tidak tahan lagi berada di kasatriyan madukara
dan memutuskan akan pergi menepi ke gunung kutarunggu. Seperti biasa, arjuna
selalu diikuti oleh ponokawan yang setia menemani, arjuna bertekat ingin
mencari wahyu pakem makutarama yang menurut wisik atau pesan gaib yang
diterimanya setelah bersemedi, bahwa di
gunung kutarunggu ada seorang wiku atau utusan dari dewa yang akan memberikan
wahyu makutarama dan anugerah yang
diberikan oleh sang maha kuasa tersebut yang sekaligus menjadi sarana
berhentinya bencana alam yang menyebabkan penderitaan rakyat dan akan menjadi
harapan baru bagi rakyat jelata. Semar yang sebenarnya adalah dewa ismaya
tanggap dengan apa yang menjadi tekat majikannya, dan semar pun mendukung apa
yang menjadi niat baik majikannya itu.
Sementara
itu di dalam kerajaan hastina di pendopo agung yang megah sedang mengadakan
pertemuan atau pasewakan dimana para punggawa kerajaan menghadap sang raja di
pertemuan tersebut. raja duryudana duduk di singgasana emas yang bertahtakan
berbagai permata berlian dan intan. Dengan hiasan pendopo yang diukir detail
dan indah. Saka atau tiang penyangga pendopo yang diukir sedemikian rupa hingga
membuat pendopo agung terlihat begitu megah. Para punggawa duduk sesuai dengan
drajad dan pangkat masing-masing dari patih sangkuni,guru drona, para
penasehat, para senopati andalan seperti prabu karno suryaputra hingga para
prajurit negara hastina yang memenuhi halaman seakan terlihat seperti ombak
samudera. Hari itu terlihat lain dari pertemuan di hari-hari sebelumnya dimana
sang mahatma bhisma yaitu kakek dari para pandawa dan kurawa yang bertapa di
talkanda itu datang mengunjungi negara hastina. Sang resi bhisma prihatin
melihat keadaan negara hastina yang sangat jauh berbeda dari saat masa pemerintahan
ayahnya yaitu prabu sentanu. Resi bisma melihat keadaan kerajaan semakin kacau
dan tidak tertata sejak duryudana yang menjadi raja.resi bisma pun memberi
nasehat kepada duryudana untuk berhenti berfoya-foya dan memperbanyak untuk
berpuasa dan bertapa. Resi bhisma juga memberi tau keadaan rakyat jelata diluar
tembok keraton serta memberi tau akan berita baik yaitu dewa akan memberikan
anugerah berupa wahyu makutarama yang akan diturunkan lewat peratara sang
awatara yaitu begawan kesawasidhi di gunung kutarunggu. Dimana wahyu tersebut
selain menjadi jalan terang akan bencana yang terjadi juga akan menjadi sarana
siapapun yang mendapatkannya akan dapat menurunkan atau keturunannya akan kekal
menjadi raja yang terhormat. Duryudana yang berada dalam zona nyaman pun tidak
mau mendengarkan nasehat bhisma, ia malah mengatakan tidak membutuhkan wahyu
dan hidupnya sudah enak. Ia tidak butuh wahyu dan dengan kekayaan negara
hastina hidupnya akan bergelimang harta hingga tujuh turunan tidak akan habis.
Resi bhisma yang mendengar ucapan cucunya itu pun seketika marah besar, ia
sudah jauh-jauh dari talkanda memberi tau sebuah kunci untuk kesejahteraan
negara hastina yaitu negara peninggalan leluhurnya namun ucapannya tidak
didengar oleh cucunya yang tengah menjadi penguasa. Bhisma marah besar, ia pun
mengatakan kepada duryudana bahwa jika bhisma mau ia sudah menjadi raja hastina
dari dulu, namun karena bhisma lebih mengedepankan ketuhanan dan mencari
ketenteraman maka bhisma memilih menjadi seorang pendeta , namun ternyata
keputusan bhisma itu adalah kesalahan besar hingga negara hastina menjadi
berantakan dan ugal-ugalan dibawah kepemimpinan duryudana. Setelah marah besar
karena ucapannya sudah tidak didengar oleh cucunya bhisma pun pergi dari
pendopo dan kembali ke pertapaan talkanda. Patih sangkuni pun membenarkan
keputusan duryudana, untuk apa pergi ke hutan dan susah-susah mencari wahyu,
hidupnya sudah enak dan bergelimang harta.
Sang
prabu karna surya putra yang peka terhadap keadaan dan tanggap dengan apa yang disampaikan
oleh resi bhisma segera maju menghadap raja dan memohon diizinkan pergi ke
gunung kutarunggu untuk berusaha mendapatkan wahyu makutarama tersebut.
duryudana yang tidak berniat mencari wahyu pun tidak mau tau dengan apa yang
ingin dilakukan oleh prabu karna , terserah apa yang akan prabu karno lakukan,
dan menegaskan bahwa duryudana tidak pernah menyuruhnya mencari wahyu. Setelah
mendapat izin, Prabu karna segera berangkat seorang diri menuju ke gunung
kutarunggu, setelah kepergian prabu karna duryudana pun menyuruh para kurawa
pergi menyusul untuk menemani prabu karna, sangat lucu jika seorang senopati
andalan ergi tanpa pengawal. Dan prabu duryudana menegaskan bahwa perintah
untuk pergi mengawal prabu karno bukan untuk membantu mencari wahyu namun
mereka disuruh untuk sekedar menemani sekaligus berwisata. Setelah mendengar
perintah raja para kurawa segera berangkat mengerahkan pasukan untuk mengawal
prabu karna dan pasewakan atau pertemuan di negara dibubarkan.
Jauh
di gunung kutarunggu hanoman beserta para saudara tunggal bayu yaitu garuda
mahambira, naga kuwera, raksasa wiljajahwreksa, serta resi maenaka yang menjadi
siswa begawan kesawasidhi sudah bersiap untuk menjaga keamanan gunung dari
kehadiran para tamu yang tidak diundang sesuai dengan pesan dari sang begawan
bahwa tidak lama lagi akan ada tamu yang datang, maka hanoman diperintahakan
memimpin saudara seperguruannya itu menyeleksi siapapun yang datang yang
nantinya akan layak menerima wejangan wahyu makutarama.
Tak
lama kemudian garuda mahambira yang tengah terbang mengelilingi gunung melihat
kedatangan suryaputra yang diiringi oleh pasukan kurawa, ia segera memberi tau
kepada hanoman dan saudara yang lain untuk bersiap menyambut kehadiran tamu
tersebut. hanoman segera menyambut dengan baik kedatangan prabu karna, prabu
karna pun juga senang bertemu dengan hanoman yang sudah tidak asing dan
ternyata hanoman juga menjadi siswa begawan kesawasidhi yang menjadi sarana
turunnya wahyu yang akan dicarinya. Prabu karna pun meminta hanoman untuk
mengantarkannya menemui begawan kesawasidhi untuk mengambil wahyu makutarama.
Dengan spontan hanoman menjadi marah besar karena apa yang dilakukan prabu
karna sudah dianggap merendahkan gurunya, dengan niat ingin mengambil seolah-olah
sang kesawasidhi adalah bawahannya. Hanoman pun menyuruh prabu karno pergi
namun sang surya putra sudah bulat dengan tekatnya, siapapun yang menghalangi
akan disingkirkan, maka pertempuran pun tidak dapat dihindari antara pasukan
kurawa yang mengawal prabu karna dengan para saudara tunggal bayu yang menjaga
keamanan gunung kutarunggu. Para kurawa mundur kuwalahan, prabu karno yang
menghadapi hanoman pun juga kuwalahan, keris andalan prabu karna kanjeng kyai
jalak tidak dapat melukai hanoman, dan dapat diengkokkan hanoman hanya dengan
tangan kosong. Sang surya putra yang sudah kehabisan kesabaran pun segera
menggunakan pusaka pamungkas yang selama ini tidak pernah gagal menghabisi
musuhnya yaitu pusaka panah sakti pemberian para dewa kanjeng kuntawijayandanu.
Hanoman
yang melihat prabu karna mengeluarkan pusaka sakti yang membuat awan tiba-tiba
menjadi gelap dan petir menyambar serta tiba-tiba muncul angin itu pun tidak
merasa takut, ia segera membaca mantra sakti untuk triwikrama membuat tubuhnya
menjadi besar dan melipat gandakan kekuatannya. Panah sakti sudah dilepaskan hanoman pun tidak bergerak menjauh
justru mendekati panah prabu karno tersebut. dengan kekuatannya hanoman
berhasil menghentikan laju panah kunta wijayandanu dan menangkapnya dengan tangannya.
Serta pergi membawa panah tersebut dengan berteriak kepada prabu karna “wahai
prabu karna, lihatlah,, panah pusaka yang menjadi andalanmu bahkan tidak
membuat bulu tubuhku rontok, lihatlah panah yang menjadi andalanmu untuk
membalas budi dari prabu duryudana ini akan aku bawa pergi jauh darimu”.
Setelah itu hanoman segera pergi menjauh dengan terbang ke angkasa. Sang prabu
karna yang melihat senjata andalannya dibawa oleh hanoman itu menjadi lemas tak
berdaya. Ia bersedih bagaimana akan membalas budi kepada prabu duryudana. Patih
sangkuni pun mendekati prabu karna dan ikut berbela sungkawa atas hilangnya
pusaka prabu karna, dan mengatakan bahwa sejak awal mencari wahyu adalah ide
yang buruk, nyatanya wahyu tidak didapat justru malah kehilangan besar-besaran.
Sangkuni mengajak prabu karna untuk kembali pulang ke hastina, namun prabu
karna menolaknya. Ia pantang pulang sebelum menemukan kembali panahnya. Dan
menyuruh kurawa untuk kembali lebih dulu.
Disisi
lain di tengah hutan, arjuna yang sedang melakukan perjalanan menuju gunung
kutarunggu sedang dihadang dan dikeroyok oleh empat raksasa yang ganas, tidak
biasanya arjuna kuwalahan saat melawan raksasa, bahkan setelah dilepaskan panah
arjuna raksasa itu tidak bisa mati, lalu atas nasehat dari semar sang pamong
sejati arjuna dianjurkan untuk menggunakan mantra sakti, melihat dari gerakan
raksasa yang tidak biasa serta kaki mereka tidak menginjak tanah itu bukanlah
raksasa biasa, ternyata mereka adalah wujud keempat anasir dari pendeta yang
sudah purna tugasnya yaitu begawan kunta wibisana adik dari rahwana yang
menguasai negara alengka yang sekarang diduduki oleh prabu bisawarna anak dari
wibisana. Keempat anasir itu sengaja menemui arjuna karena atas petunjuk
begawan wibisana arjunalah yang akan menjadi jalan kesempurnaan mereka menyatu
kembali dengan sang maha kuasa. Akhirnya arjuna membacakan mantra sakti dan
berhasil menyempurnakan mereka. Dan arjuna pun melanjutkan kembali perjalanan
ke gunung kutarunggu.
Setelah
memasuki area gunung kutarunggu arjuna disambut dengan serangan dadakan dari
saudara tunggal bayu. Serangan itu sama sekali tidak dibalas oleh arjuna hingga
membuat para saudara tuggal bayu berhenti menyerang. dan mereka bertanya kenapa
tidak membalas maka arjuna menjawab dengan tenang bahwa ia datang dengan niat
untuk mengabdikan jiwa raga untuk negara dan untuk keseimbangan alam, maka jika
dengan ia diserang dapat menjadi sarana
terwujudnya niat tersebut arjuna rela untuk menerimanya. Setelah mendengar hal
itu para saudara tunggal bayu tidak langsung percaya karena sebagian besar
orang sering berjanji di awal-awal saat akan mendapatkan kedudukan atau jabatan
namun setelah mereka mendapatkannya mereka lupa dengan janji-janjinya, arjuna
pun beradi memberikan jaminan jika arjuna berani melanggar apa yang
dijanjikannya arjuna bersedia menyerahkan jiwa raga kepada para penjaga gunung
tersebut atau kekuatan alam/ bersedia menerima hukum karma, setelah itu hanoman
sebagai pemimpin tunggal bayu segera menyambut arjuna dan mengantar ke puncak
gunung untuk menemui begawan kesawasidhi.
Disana
arjuna disambut baik oleh begawan kesawasidhi,dan atas keberhasilannya naik
kegunung dengan berbagai rintangan arjuna diberi panah sakti yang sudah tidak
asing lagi baginya yaitu panah kunta wijayandanu, namun arjuna menolaknya
karena ia merasa itu bukan miliknya, itu adalah milik sudara tuanya yaitu raja
di awangga prabu karna, dan arjuna tidak mau menerimanya, akhirnya sang begawan
kesawasidhi mengajak arjuna ke padepokan di atas gunung dan duduk di atas batu,
ternyata niat begawan kesawasidhi memberi panah sakti itu adalah menguji
keimananjuna, maka setelah arjuna lulus dari ujian itu disana arjuna layak
untuk diberi nasehat tentang makutarama yaitu mahkota yang selalu dipakai oleh
prabu ramawijaya untuk mengatur negara sebagai raja yang arif dan bijaksana.
Makutarama berisi tentang ‘’hasta brata’’ yaitu delapan sifat alam yaitu bumi,
air, api, angin, matahari, bulan, bintang dan mendung, sifat bumi adalah sabar
sebagai pemimpin harus bisa sabar tidak mudah terbakar api amarah, air adalah
menyejukkan suasana, dan menjadi sumber kehidupan sebagai raja dan pemimpin
harus bisa menyejukkan umatnya dan menjadi pelindndung bagi kehidupan manusia
dan alam,. Api adalah panas yang bisa membakar apa saja berarti sebagai seorang
raja harus selalu bisa memberi motivasi dan semangat bagi para bawahannya dan
berani menghukum bagi yang salah agar hukum bisa ditegakkan, angin bisa berada
di puncak gunung dan bisa berada di bagian bumi paling sempit sekalipun, seorang
raja harus bisa menjadi seorang yang adil tidak membeda-bedakan drajad dan
kedudukan serta perbedaan agama, golongan dan budaya, matahari memberi kekuatan
atau daya namun sinarnya tidak berkurang dan kekal, jadi seorang raja harus
selalu memberi manfaat kepada umatnya dan menjadi pengayom. Bulan memberi sinar
dalam kegelapan namun tudak silau, tidak
panas, dan sinarnya bersifat menentramkan siapapun yang memandang, sebagai raja
harus bisa membagikan ketentraman kepada umat dan masyarakat yang dipimpinnya. Bintang
selalu menghiasi gelapnya malam dan bisa menjadi petunjuk jalan,seorang
pemimpin harus bisa menjadi seorang yang bijak dan bisa memberi petunjuk kepada
bawahannya serta enak dipandang, mendung yang sering diiringi dengan guntur
yaitu seorang raja harus berwibawa seperti mendung atau awan hitam, namun
setelah hujan turun menjadi sumber kehidupan. Begawan kesawasidhi menjelaskan
bahwa ajaran hasta brata adalah ajaran sejati yang meniru sifat alam sebagai
ayat yang tersirat di alam semesta, jika semua manusia mau menjalankan
fitrahnya sebagai umat manusia sebagai rahmatanlilalamin maka dunia akan damai
sejahtera dan alam tidak akan murka.
Arjuna
mengucap syukur atas apa yang telah ia capai dan dapatkan dari sang wiku,
begawan kesawasidhi pun menitiokan panah kuntawijayandanu kepada arjuna untuk
dikembalikan kepada prabu karno, setelah itu arjuna izin untuk kembali, setelah
arjuna pergi meninggalkan gunung begawan kesawasidhi pun berubah kembali
menjadi wujud aslinya yaitu sang prabu kresna raja dwarawati yang menjadi
titisan dewa wisnu yang menjadi awatara/avatar/ wakil / wali dari yang maha
kuasa untuk memberikan wahyu kepada arjuna. Di tengah perjalanan arjuna bertemu
dengan prabu karna, prabu karna tau jika arjuna sudah mendapatkan wahyu makutarama
maka prabu karno meminta sedikit berkah dari wahyu tersebut jika air meski
hanya setetes, jika berwujud daun meski hanya sesobek, namun arjuna menjawab
bahwa prabu karno lebih membutuhkan benda yang dibawa arjuna dari puncak gunung
yang tak lain adalah panah kuntawijayandanu. Prabu karno pun berterimakasih
kepada arjuna dan segera kembali ke hastina.
Oleh : Riyadi Setyawan S.Sn
0 komentar:
Posting Komentar