Selasa, 27 September 2022

Wahyu Makhuta Rama/ Hastabrata

 


Makutarama

Awan hitam menutupi sinar matahari, bumi berguncang sewaktu-waktu, di sebelah timur lumpur panas muncul dari perut bumi hingga menerjang pedesaan, gunung gunung berapi mengeluarkan isi perutnya bencana terkjadi dimana-mana seolah bumi sudah tidak kuat menyangga dosa manusia. Banyak Rakyat jelata yang kelaparan , disisi lain para kurawa di dalam tembok kerajaan tidak menghiraukan keadaan yang dialami masyarakat, mereka hidup berfoya-foya siang malam seolah tidak terusik akan apa yang terjadi dengan masyarakat di sekitarnya. Setiap malam berpesta dengan berbagai fasilitas kerajaan yang mewah dan dimanjakan dengan makanan yang serba enak, pakaian yang serba mewah dan fasilitas kerajaan yang serba mewah , mengenakan perhiasan emas adalah hal biasa, makan dan minum dengan piring dan gelas berbahan emas dengan hiasan berlian adalah hal yang biasa dilakukan setiap hari di negara hastina, begitu kaya dan berkelimpahan harta di negara hastina seolah tidak akan habis jika diambil dan dihambur-hamburkan setiap harinya. Para kurawa yang berada dibawah nasehat patih harya suman selalu terbiasa dengan kemewahan dan fasilitas yang selalu tersedia. Serta sengaja tidak mau tau akan apa yang terjadi diluar tembok kerajaan dan derita yang dialami oleh rakyat jelata.

Arjuna yang melihat keadaan itu sudah tidak tahan lagi berada di kasatriyan madukara dan memutuskan akan pergi menepi ke gunung kutarunggu. Seperti biasa, arjuna selalu diikuti oleh ponokawan yang setia menemani, arjuna bertekat ingin mencari wahyu pakem makutarama yang menurut wisik atau pesan gaib yang diterimanya setelah bersemedi,  bahwa di gunung kutarunggu ada seorang wiku atau utusan dari dewa yang akan memberikan wahyu makutarama dan  anugerah yang diberikan oleh sang maha kuasa tersebut yang sekaligus menjadi sarana berhentinya bencana alam yang menyebabkan penderitaan rakyat dan akan menjadi harapan baru bagi rakyat jelata. Semar yang sebenarnya adalah dewa ismaya tanggap dengan apa yang menjadi tekat majikannya, dan semar pun mendukung apa yang menjadi niat baik majikannya itu.

Sementara itu di dalam kerajaan hastina di pendopo agung yang megah sedang mengadakan pertemuan atau pasewakan dimana para punggawa kerajaan menghadap sang raja di pertemuan tersebut. raja duryudana duduk di singgasana emas yang bertahtakan berbagai permata berlian dan intan. Dengan hiasan pendopo yang diukir detail dan indah. Saka atau tiang penyangga pendopo yang diukir sedemikian rupa hingga membuat pendopo agung terlihat begitu megah. Para punggawa duduk sesuai dengan drajad dan pangkat masing-masing dari patih sangkuni,guru drona, para penasehat, para senopati andalan seperti prabu karno suryaputra hingga para prajurit negara hastina yang memenuhi halaman seakan terlihat seperti ombak samudera. Hari itu terlihat lain dari pertemuan di hari-hari sebelumnya dimana sang mahatma bhisma yaitu kakek dari para pandawa dan kurawa yang bertapa di talkanda itu datang mengunjungi negara hastina. Sang resi bhisma prihatin melihat keadaan negara hastina yang sangat jauh berbeda dari saat masa pemerintahan ayahnya yaitu prabu sentanu. Resi bisma melihat keadaan kerajaan semakin kacau dan tidak tertata sejak duryudana yang menjadi raja.resi bisma pun memberi nasehat kepada duryudana untuk berhenti berfoya-foya dan memperbanyak untuk berpuasa dan bertapa. Resi bhisma juga memberi tau keadaan rakyat jelata diluar tembok keraton serta memberi tau akan berita baik yaitu dewa akan memberikan anugerah berupa wahyu makutarama yang akan diturunkan lewat peratara sang awatara yaitu begawan kesawasidhi di gunung kutarunggu. Dimana wahyu tersebut selain menjadi jalan terang akan bencana yang terjadi juga akan menjadi sarana siapapun yang mendapatkannya akan dapat menurunkan atau keturunannya akan kekal menjadi raja yang terhormat. Duryudana yang berada dalam zona nyaman pun tidak mau mendengarkan nasehat bhisma, ia malah mengatakan tidak membutuhkan wahyu dan hidupnya sudah enak. Ia tidak butuh wahyu dan dengan kekayaan negara hastina hidupnya akan bergelimang harta hingga tujuh turunan tidak akan habis. Resi bhisma yang mendengar ucapan cucunya itu pun seketika marah besar, ia sudah jauh-jauh dari talkanda memberi tau sebuah kunci untuk kesejahteraan negara hastina yaitu negara peninggalan leluhurnya namun ucapannya tidak didengar oleh cucunya yang tengah menjadi penguasa. Bhisma marah besar, ia pun mengatakan kepada duryudana bahwa jika bhisma mau ia sudah menjadi raja hastina dari dulu, namun karena bhisma lebih mengedepankan ketuhanan dan mencari ketenteraman maka bhisma memilih menjadi seorang pendeta , namun ternyata keputusan bhisma itu adalah kesalahan besar hingga negara hastina menjadi berantakan dan ugal-ugalan dibawah kepemimpinan duryudana. Setelah marah besar karena ucapannya sudah tidak didengar oleh cucunya bhisma pun pergi dari pendopo dan kembali ke pertapaan talkanda. Patih sangkuni pun membenarkan keputusan duryudana, untuk apa pergi ke hutan dan susah-susah mencari wahyu, hidupnya sudah enak dan bergelimang harta.

Sang prabu karna surya putra yang peka terhadap keadaan dan tanggap dengan apa yang disampaikan oleh resi bhisma segera maju menghadap raja dan memohon diizinkan pergi ke gunung kutarunggu untuk berusaha mendapatkan wahyu makutarama tersebut. duryudana yang tidak berniat mencari wahyu pun tidak mau tau dengan apa yang ingin dilakukan oleh prabu karna , terserah apa yang akan prabu karno lakukan, dan menegaskan bahwa duryudana tidak pernah menyuruhnya mencari wahyu. Setelah mendapat izin, Prabu karna segera berangkat seorang diri menuju ke gunung kutarunggu, setelah kepergian prabu karna duryudana pun menyuruh para kurawa pergi menyusul untuk menemani prabu karna, sangat lucu jika seorang senopati andalan ergi tanpa pengawal. Dan prabu duryudana menegaskan bahwa perintah untuk pergi mengawal prabu karno bukan untuk membantu mencari wahyu namun mereka disuruh untuk sekedar menemani sekaligus berwisata. Setelah mendengar perintah raja para kurawa segera berangkat mengerahkan pasukan untuk mengawal prabu karna dan pasewakan atau pertemuan di negara dibubarkan.

Jauh di gunung kutarunggu hanoman beserta para saudara tunggal bayu yaitu garuda mahambira, naga kuwera, raksasa wiljajahwreksa, serta resi maenaka yang menjadi siswa begawan kesawasidhi sudah bersiap untuk menjaga keamanan gunung dari kehadiran para tamu yang tidak diundang sesuai dengan pesan dari sang begawan bahwa tidak lama lagi akan ada tamu yang datang, maka hanoman diperintahakan memimpin saudara seperguruannya itu menyeleksi siapapun yang datang yang nantinya akan layak menerima wejangan wahyu makutarama.

Tak lama kemudian garuda mahambira yang tengah terbang mengelilingi gunung melihat kedatangan suryaputra yang diiringi oleh pasukan kurawa, ia segera memberi tau kepada hanoman dan saudara yang lain untuk bersiap menyambut kehadiran tamu tersebut. hanoman segera menyambut dengan baik kedatangan prabu karna, prabu karna pun juga senang bertemu dengan hanoman yang sudah tidak asing dan ternyata hanoman juga menjadi siswa begawan kesawasidhi yang menjadi sarana turunnya wahyu yang akan dicarinya. Prabu karna pun meminta hanoman untuk mengantarkannya menemui begawan kesawasidhi untuk mengambil wahyu makutarama. Dengan spontan hanoman menjadi marah besar karena apa yang dilakukan prabu karna sudah dianggap merendahkan gurunya, dengan niat ingin mengambil seolah-olah sang kesawasidhi adalah bawahannya. Hanoman pun menyuruh prabu karno pergi namun sang surya putra sudah bulat dengan tekatnya, siapapun yang menghalangi akan disingkirkan, maka pertempuran pun tidak dapat dihindari antara pasukan kurawa yang mengawal prabu karna dengan para saudara tunggal bayu yang menjaga keamanan gunung kutarunggu. Para kurawa mundur kuwalahan, prabu karno yang menghadapi hanoman pun juga kuwalahan, keris andalan prabu karna kanjeng kyai jalak tidak dapat melukai hanoman, dan dapat diengkokkan hanoman hanya dengan tangan kosong. Sang surya putra yang sudah kehabisan kesabaran pun segera menggunakan pusaka pamungkas yang selama ini tidak pernah gagal menghabisi musuhnya yaitu pusaka panah sakti pemberian para dewa kanjeng kuntawijayandanu.

Hanoman yang melihat prabu karna mengeluarkan pusaka sakti yang membuat awan tiba-tiba menjadi gelap dan petir menyambar serta tiba-tiba muncul angin itu pun tidak merasa takut, ia segera membaca mantra sakti untuk triwikrama membuat tubuhnya menjadi besar dan melipat gandakan kekuatannya. Panah sakti sudah  dilepaskan hanoman pun tidak bergerak menjauh justru mendekati panah prabu karno tersebut. dengan kekuatannya hanoman berhasil menghentikan laju panah kunta wijayandanu dan menangkapnya dengan tangannya. Serta pergi membawa panah tersebut dengan berteriak kepada prabu karna “wahai prabu karna, lihatlah,, panah pusaka yang menjadi andalanmu bahkan tidak membuat bulu tubuhku rontok, lihatlah panah yang menjadi andalanmu untuk membalas budi dari prabu duryudana ini akan aku bawa pergi jauh darimu”. Setelah itu hanoman segera pergi menjauh dengan terbang ke angkasa. Sang prabu karna yang melihat senjata andalannya dibawa oleh hanoman itu menjadi lemas tak berdaya. Ia bersedih bagaimana akan membalas budi kepada prabu duryudana. Patih sangkuni pun mendekati prabu karna dan ikut berbela sungkawa atas hilangnya pusaka prabu karna, dan mengatakan bahwa sejak awal mencari wahyu adalah ide yang buruk, nyatanya wahyu tidak didapat justru malah kehilangan besar-besaran. Sangkuni mengajak prabu karna untuk kembali pulang ke hastina, namun prabu karna menolaknya. Ia pantang pulang sebelum menemukan kembali panahnya. Dan menyuruh kurawa untuk kembali lebih dulu.

Disisi lain di tengah hutan, arjuna yang sedang melakukan perjalanan menuju gunung kutarunggu sedang dihadang dan dikeroyok oleh empat raksasa yang ganas, tidak biasanya arjuna kuwalahan saat melawan raksasa, bahkan setelah dilepaskan panah arjuna raksasa itu tidak bisa mati, lalu atas nasehat dari semar sang pamong sejati arjuna dianjurkan untuk menggunakan mantra sakti, melihat dari gerakan raksasa yang tidak biasa serta kaki mereka tidak menginjak tanah itu bukanlah raksasa biasa, ternyata mereka adalah wujud keempat anasir dari pendeta yang sudah purna tugasnya yaitu begawan kunta wibisana adik dari rahwana yang menguasai negara alengka yang sekarang diduduki oleh prabu bisawarna anak dari wibisana. Keempat anasir itu sengaja menemui arjuna karena atas petunjuk begawan wibisana arjunalah yang akan menjadi jalan kesempurnaan mereka menyatu kembali dengan sang maha kuasa. Akhirnya arjuna membacakan mantra sakti dan berhasil menyempurnakan mereka. Dan arjuna pun melanjutkan kembali perjalanan ke gunung kutarunggu.

Setelah memasuki area gunung kutarunggu arjuna disambut dengan serangan dadakan dari saudara tunggal bayu. Serangan itu sama sekali tidak dibalas oleh arjuna hingga membuat para saudara tuggal bayu berhenti menyerang. dan mereka bertanya kenapa tidak membalas maka arjuna menjawab dengan tenang bahwa ia datang dengan niat untuk mengabdikan jiwa raga untuk negara dan untuk keseimbangan alam, maka jika dengan  ia diserang dapat menjadi sarana terwujudnya niat tersebut arjuna rela untuk menerimanya. Setelah mendengar hal itu para saudara tunggal bayu tidak langsung percaya karena sebagian besar orang sering berjanji di awal-awal saat akan mendapatkan kedudukan atau jabatan namun setelah mereka mendapatkannya mereka lupa dengan janji-janjinya, arjuna pun beradi memberikan jaminan jika arjuna berani melanggar apa yang dijanjikannya arjuna bersedia menyerahkan jiwa raga kepada para penjaga gunung tersebut atau kekuatan alam/ bersedia menerima hukum karma, setelah itu hanoman sebagai pemimpin tunggal bayu segera menyambut arjuna dan mengantar ke puncak gunung untuk menemui begawan kesawasidhi.  

Disana arjuna disambut baik oleh begawan kesawasidhi,dan atas keberhasilannya naik kegunung dengan berbagai rintangan arjuna diberi panah sakti yang sudah tidak asing lagi baginya yaitu panah kunta wijayandanu, namun arjuna menolaknya karena ia merasa itu bukan miliknya, itu adalah milik sudara tuanya yaitu raja di awangga prabu karna, dan arjuna tidak mau menerimanya, akhirnya sang begawan kesawasidhi mengajak arjuna ke padepokan di atas gunung dan duduk di atas batu, ternyata niat begawan kesawasidhi memberi panah sakti itu adalah menguji keimananjuna, maka setelah arjuna lulus dari ujian itu disana arjuna layak untuk diberi nasehat tentang makutarama yaitu mahkota yang selalu dipakai oleh prabu ramawijaya untuk mengatur negara sebagai raja yang arif dan bijaksana. Makutarama berisi tentang ‘’hasta brata’’ yaitu delapan sifat alam yaitu bumi, air, api, angin, matahari, bulan, bintang dan mendung, sifat bumi adalah sabar sebagai pemimpin harus bisa sabar tidak mudah terbakar api amarah, air adalah menyejukkan suasana, dan menjadi sumber kehidupan sebagai raja dan pemimpin harus bisa menyejukkan umatnya dan menjadi pelindndung bagi kehidupan manusia dan alam,. Api adalah panas yang bisa membakar apa saja berarti sebagai seorang raja harus selalu bisa memberi motivasi dan semangat bagi para bawahannya dan berani menghukum bagi yang salah agar hukum bisa ditegakkan, angin bisa berada di puncak gunung dan bisa berada di bagian bumi paling sempit sekalipun, seorang raja harus bisa menjadi seorang yang adil tidak membeda-bedakan drajad dan kedudukan serta perbedaan agama, golongan dan budaya, matahari memberi kekuatan atau daya namun sinarnya tidak berkurang dan kekal, jadi seorang raja harus selalu memberi manfaat kepada umatnya dan menjadi pengayom. Bulan memberi sinar  dalam kegelapan namun tudak silau, tidak panas, dan sinarnya bersifat menentramkan siapapun yang memandang, sebagai raja harus bisa membagikan ketentraman kepada umat dan masyarakat yang dipimpinnya. Bintang selalu menghiasi gelapnya malam dan bisa menjadi petunjuk jalan,seorang pemimpin harus bisa menjadi seorang yang bijak dan bisa memberi petunjuk kepada bawahannya serta enak dipandang, mendung yang sering diiringi dengan guntur yaitu seorang raja harus berwibawa seperti mendung atau awan hitam, namun setelah hujan turun menjadi sumber kehidupan. Begawan kesawasidhi menjelaskan bahwa ajaran hasta brata adalah ajaran sejati yang meniru sifat alam sebagai ayat yang tersirat di alam semesta, jika semua manusia mau menjalankan fitrahnya sebagai umat manusia sebagai rahmatanlilalamin maka dunia akan damai sejahtera dan alam tidak akan murka.

Arjuna mengucap syukur atas apa yang telah ia capai dan dapatkan dari sang wiku, begawan kesawasidhi pun menitiokan panah kuntawijayandanu kepada arjuna untuk dikembalikan kepada prabu karno, setelah itu arjuna izin untuk kembali, setelah arjuna pergi meninggalkan gunung begawan kesawasidhi pun berubah kembali menjadi wujud aslinya yaitu sang prabu kresna raja dwarawati yang menjadi titisan dewa wisnu yang menjadi awatara/avatar/ wakil / wali dari yang maha kuasa untuk memberikan wahyu kepada arjuna. Di tengah perjalanan arjuna bertemu dengan prabu karna, prabu karna tau jika arjuna sudah mendapatkan wahyu makutarama maka prabu karno meminta sedikit berkah dari wahyu tersebut jika air meski hanya setetes, jika berwujud daun meski hanya sesobek, namun arjuna menjawab bahwa prabu karno lebih membutuhkan benda yang dibawa arjuna dari puncak gunung yang tak lain adalah panah kuntawijayandanu. Prabu karno pun berterimakasih kepada arjuna dan segera kembali ke hastina.

Oleh : Riyadi Setyawan S.Sn

Share:

0 komentar:

Posting Komentar