Diceritakan
di sebuah pertapan/perguruan yang bernama pancer jagad ada seorang wiku atau
pendeta yang memiliki ilmu lebih dibandingkan dengan pendeta lain, wiku itu
bernama begawan cahyaningrad yang memiliki empat murid yang sangat istimewa,
keempat muridnya adalah seorang raja besar di empat negara yang bereda, dan
diantara keempat muridnya itu meskipun memiliki satu guru namun memiliki sifat
dan kebiasaan yang berbeda,, yang pertama adalah raja dari negara bumi yang
mempunyai kesaktian luar biasa, raja ini bernama prabu bantala,sebagai raja
besar prabu bantala sangat menyukai makan dan tidur, dia memiliki sifat yang
malas dan nyaman dengan apa yang ia miliki,
Yang
kedua adalah raja dari negara api, ia bernama prabu dahana yang memiliki
kesaktian luar biasa, diaman ia tidak mempan terhadap api dan ia bisa
mengendalikan api, ia sangat wibawa dan ditakuti, namun ia memiliki sifat yang
serakah dimana ia selalu merasa kurang dan ingin selalu memperluas daerah
kekuasaannya, dan menjajah negara-negara lain untuk ditundukkan, dia sangat
mudah terbakar amarah, dan tempramental sehingga siapa saja yang berhadapan
dengannya akan langsung ketakutan,
Yang
ketiga adalah raja dinegara banyu kuning yang bernama prabu tirta, ia memiliki
kekayaan yang lebih dibandingkan dengan ketiga saudara seperguruannya,
kekayaannya ibarat sebesar gunung emas, semua yang dipakainya serba emas dan
permata, prabu tirta hanya memikirkan dan berambisi dengan urusan keduniaan, ia
hanya memburu harta dan sangat menyukai keindahan dunia termasuk keindahan
wanita, karena ia sangat kaya dan dikelilingi keberlimpahan ia sangat menyukai
emas dan wanita.
Siswa
dari begawan pancer jagad Yang keempat adalah raja dari negara angin yang
bernama prabu prabancana, sangat berbeda dengan ketiga saudara seperguruannya,
prabu prabancana seakan tidak mempunyai ambisi, siang malam hanya disibukkan
dengan bermeditasi, menyepi dan mengheningkan cipta seolah-olah sudah tidak
memperdulikan urusan keduniawian, bahkan hingga lupa dengan darma kehidupan
yang harusnya ia lakukan saat masih hidup didunia,
Suatu
hari prabu dahana raja dari negara api memiliki ambisi untuk tidak terkalahkan
dan ingin menjadi raja tunggal dari keempat negara besar itu, ia mengajak prabu
bantala dan prabu tirta dari negara banyu kuning dan negara bumi untuk
menyerang negara angin, pada awalnya prabu bantala dan pabu tirta menolak untuk
menyerang namun prabu dahana memaksa dan jika tidak mau menuruti maka kerajaan
mereka berdua akan diratakan dengan tanah, setelah itu akhirnya ketiga kerajaan
itu merancang barisan besar untuk menyerang besar-besaran ke negara angin,
prabu bantala dari negara angin terkejut saat melihat ketiga saudaranya
mengepung kerajaannya, namun prabu prabancana tidak tinggal diam, dan
memutuskan untuk melawan dengan niat bukan untuk menyerang ketiga saudaranya
namun ingin memerangi sifat angkara yang mempengaruhi ketiga saudaranya itu,
dengan sekuat tenaga dan kemampuannya ia kerahkan pasukannya.
Pertarungan
besar dimulai dan banyak prajurit dari negara angin yang terluka bahkan ada
yang gugur di medan pertempuran, sang raja dari negara angin pun terpojok
terkepung dan ia hanya bisa pasrah dengan takdir tuhan,, ia sudah berusaha
sekuat tenaganya namun pasukan musuh sangat banyak, dan pasukannya terkepung,
disaat yang sangat mendesak dan saat ia hanya bisa memohon bantuan dan keadilan
sang pencipta, tanpa diduga ada kekuatan besar yang sangat luar biasa yang
masuk kedalam diri sang prabu prabancana, dimana kekuatan itu bisa menghalau
pasukan musuh yang sanggat besar itu dengan mudah, semua prajurit musuh
terhempas tak berdaya, bahkan ketiga saudaranya tunduk dan tidak bisa berkutik
lagi,
Ketiga
saudara seperguruannya itu mengakui kekalahan dan kesalahannya, mereka merasa
malu dan menyesal atas apa yang ia lakukan dan bersedia dihukum mati atas
kesalahannya. Namun sebelum percakapan mereka selesai tiba-tiba sang guru
begawan cahyaningrad dari padepokan pancer jagad datang dan menghentikan
pertempuran mereka, sang guru marah kepada kepada keempat siswanya yang
seharusnya rukun agar saling menguatkan namun mereka malah bertarung dan
menjadikan keempat kerajaan terpecah belah hingga menjatuhkan banyak korban.
ibarat memperebutkan tulang yang sudah tidak ada sumsumnya, mereka melakukan
hal yang tidak berguna.
Setelah itu keempat raja besar itu bertobat
dan bersama sang guru diajak memohon kepada sang pencipta agar mendapatkan
pangruatan atau pengampunan, mereka melakukan darma baik untuk menebus
kesalahnya, dan atas restu dari sang guru keempat raja ini diterima taubatnya,
prabu bantala sang raja dari negara bumi, yang memiliki sifat malas akhirnya
setelah diterima taubatnya atas izin sang pencipta rasa malas itu berubah
menjadi watak sabar bagai sang ibu bumi.
Begitu
juga dengan prabu dahana yang menjadi raja besar di negara api yang memiliki
watak angkara murka dan berambisi besar , karena ia benar-benar bertaubat dan
tulus akhirnya atas izin sang pencipta api angkara murkanya melebur, panasnya
menjadi daya dan semangat untuk melakukan kebaikan dan menjadi pendorong untuk
elakukan hal-hal yang baik dan bersifat positif.
Selanjutnya
sang raja dari negra banyu kuning prabu tirta yang memiliki kekayaan lebih dan
suka mengumbar nafsunya yang bersifat kesenangan dan keduniawian, namun atas
izin yang maha kuasa taubatnya diterima dan sifatnya melebur dan menyatu
menjadi watak air yang selalu menyegarkan, memberi kesejukan dan kehidupan dan
memberikan kesejahteraan serta kebahagiaan.
Tidak
ketinggalan sang raja dari negara angin sang prabu prabancana yang sudah melupakan
dan tidak menghiraukan kehidupan dunia, ia diingatkan bahwasanya hidup didunia
ini memiliki kewajiban, setiap mahluk yang diciptakan wajib berdarma dan
berkarya sesuai dengan bidangnya agar hidupnya bermanfaat dan sempurna, serta
mencontoh sifat angin dimana angin berada dimana saja , dari tepat paling
tinggi hingga yang terendah, semuanya dirangkul dijadikan saudara, tidak
membeda-bedakan dalam memberikan pertolongan,
Kemudian
sang guru juga memberikan pesan kepada keempat muridnya, pesan itu adalah “ngelio ilining banyu, haywa khentir ing toya
murih piguna urip ira satuhu, sebab ing kasunyatan jagad tansah owah gingsir”
yang artinya ”ikutilah arus air namun jangan sampai hanyut, agar hidupmu
bermanfaat, karena pada kenyataannya zaman atau dunia ini akan selalu berubah”
maksutnya adalah agar setiap manusia harus bisa mengikuti arus perkembangan
zaman agar ia bisa berkarya lebih optimal, karena dengan mengikuti perkembangan
zaman maka negara tidak akan tertinggal dan dapat berperan dalam perkembangan serta
kemajuan negara.
Cerita
ini hanya gambaran tentang napsu manusia dimana tanah,air, api, dan angin
adalah sifat aluwamah, supiah, amarah dan mutmainah, dan keempat sifat itu
harus dikendalikan oleh sang guru sejati atau nur muhammad atau sang penuntun, atau
hati nurani manusia yang selalu membisikkan ke jalan kebaikan, manusia harus
bisa mengikuti hati nuraninya agar bisa bermanfaat dan tidak terjerumus kejalan
sesat.
0 komentar:
Posting Komentar