Sabtu, 17 September 2022

SANG DALANG


Suatu hari didesa kecil yang dekat dengan pegunungan dan dekat dengan sumber air yang jernih, hidup seorang seniman tradisi yaitu seorang dalang wayang kulit. Ia bernama gondho martoyo, kemahirannya dalam memainkan wayang kulit sudah diakui dan sangat diminati oleh masyarakat, selain pandai dalam memempertunjukan drama adegan, dan membuat adegan perang seolah-olah hidup seperti nyata ia juga dikenal dengan kemampuannya membuat humor dalam setiap pertunjukan wayang kulit. Seniman itu tinggal di daerah bernama Pengging Handayaningrat, dibawah kekuasaan kerajaan besar dan tersohor dijawa/Surakarta. sehingga kabar tentang kemahiran dan keahlian dalang ini terdengar sampai di kalangan kerajaan.

Raja yang mendengar adanya seorang seniman hebat dan terkenal dari luar tembok keraton pun mulai heran dan penasaran dengan dalang bernama Gondho martoyo ini, karena keraton adalah pusat kebudayaan dan seni yang indah, sedangkan diluar keraton tersebar berita tentang seniman yang terkenal kehebatannya, akhirnya sang raja memerintahkan seorang senopati dan tumenggung untuk memanggil dalang tersebut untuk pentas dan mempertunjukan keahliannya di pendopo agung keraton yang megah itu.

Sebelum gondho martoyo tiba di keraton sang raja memerintahkan kepada semua tumenggung, senopati dan prajurit  serta semua penonton, semua yang hadir dan melihat pertunjukan wayang kulit itu diperintahkan untuk tetap diam dan tidak tertawa saat si dalang tengah mempertujukkan adegan yang lucu. Hal itu sengaja dilakukan sang raja untuk mencoba sejauh mana kemampuan dan mental si dalang saat berhadapan dengan raja besar dan bagsawan yang dihormati masyarakatnya.,

Setelah dalang beserta rombongan tiba di kerajaan yang agung dan semua peralatan sudah siap untuk digunakan untuk pentas, wayang sudah disimping/ditata berbaris, gamelan sudah digelar,  maka para penonton yang hadir di pendopo agung sudah siap dengan rencana sang raja yang ingin membuat sang dalang tidak berkutik dengan leluconnya,,

Pertunjukan pun dimulai, adegan demi adegan disajikan dan dikemas dengan menarik dan seolah-olah cerita dalam pertunjukan wayang itu benar benar hidup sehingga membuat para penonton yang melihatnya ikut hanyut ke dalam setiap adegan , setiap drama, setiap adegan perang dan setiap sesi menjadikan para punggawa kerajaan  hingga sang raja sendiri pun ikut hanyut dan masuk dalam setiap adegannya., sang raja mulai terkesima dengan pertunjukan wayang kulit yang disajikan oleh dalang itu,  sehingga membuatnya lupa dengan rencana yang dibuatnya sejak awal dimana semua punggawa , prajurit dan semua yang hadir dilarang untuk tertawa saat ada adegan lucu yang ditampilkan oleh sang widupamayang,

Setelah pertunjukan berlangsung cukup lama dengan berbagai adegan dramatis baik sedih, serius, adegan tegang saat peperangan, akhirnya disela-sela itu sang dalang menyisipkan adegan lucu yang diperankan oleh tokoh wayang petruk, yaitu salah satu dari ponokawan yang selalu megikuti tokoh bambangan atau kesatria yang memiliki watak baik dan biasanya tokoh yang diikuti ponokawan inilah yang menjadi kunci penyelesaian masalah dalam pertunjukan wayang kulit tersebut.  

Dalam suatu adegan yang menggunakan tokoh wayang petruk tersebut sang dalang menampilkan kelakuan petruk yang jenaka dengan kata-kata dan tindakan yang bersifat humor, sehingga hal ini membuat sang raja tertawa terbahak-bahak, hingga lupa dengan apa yang direncanakan sejak awal, hingga pertunjukan berakhir sang raja pun tetap menikmati pertunjukan dan  benar-benar terhibur oleh penampilan dalang ini.

Kemudian setelah pertunjukan selesai sang raja yang arif dan bijaksana ini berdiri dan mengucapkan sabda dengan disaksikan oleh punggawa kerajaan dan semua yang hadir di pendopo agung keraton itu. Sabda itu menyebutkan Bahwa sang raja mengakui kelihaian dan kepandaian dalang dengan nama gondho martoyo itu dalam men-dalang, atau memainkan setiap adegan dalam pertunjukan wayang kulit, dan memutuskan untuk menghadiahkan salah satu selirnya sebagai wujud pengakuannya atas kepandaian si dalang dan sekaligus sebagai wujud kebanggaannya bahwa di daerah kekuasaannya ada seorang seniman yang mumpuni dan ikut melestarikan budaya lokal meskipun berasal dari luar tembok keraton.,

Share:

0 komentar:

Posting Komentar