Jumat, 30 September 2022

Mengenal Jati Diri/ Guru sejati/ Dewa Ruci

 


Dewa Ruci

Pagi yang indah di padepokan soka lima, padepokan tempat tinggal begawan drona, seperti biasa pagi yang cerah itu dihiasi oleh kicauan burung yang merdu dan kumbang-kumbang yang berkumpul menghisap sari-sari bunga , padepokan yang yang didesain dengan pendopo kecil yang biasanya dipakai untuk berkumpulnya para siswa dari resi drona dengan dikelilingi tanaman bunga yang menyebarkan aroma wewangian. Ikan di kolam seolah menari di dalam air ikut menikmati keindahan pagi di padepokan sokalima.   Pagi itu berjalan seperti biasa , sang begawan drona yang telah  selesai bermeditasi segera duduk di pendopo kecil untuk menikmati udaa segar dan minum teh untuk menghangatkan badan, di sana sang resi ditemani oleh sang anak tunggal yaitu bambang aswatama, mereka berbicara tentang ilmu memanah dan sesekali membicarakan bima yang akhir-akhir ini mendekat dengan sang resi drona untuk mempelajari ilmu ketuhanan.

Sebelum pembicaraan mereka selesai, tiba-tiba terdengar suara kereta kuda dengan di iringi oleh pasukan berkuda. Ternyata itu adalah utusan dari negara hastina pura. Tanpa terduga sang begawan drona didatangi oleh patih sangkuni dengan para kurawa serta prajurit andalan negara hastina pura, seperti biasa drona menyambut baik tamu agung dari negara hastina tersebut. namun kedatangan sangkuni tidak bermaksut baik, ia mempermasalahkan atas ketidak hadiran resi drona dalam pertemuan kerajaan beberapa bulan terakhir, yang kedua sangkuni menyalahkan drona yang akhir-akhir ini dekat dengan panenggak pandawa yaitu bima yang jelas-jelas adalah musuh bagi para kurawa, para kurawa khawatir drona akan memberikan ilmu yang tinggi kepada bima dan memperkuat pandawa . hal ini dianggap sangat mengancam keselamatan para kurawa. Resi drona menjelaskan bahwa ia memang tidak hadir dalam beberapa pertemuan di kerajaan dan memang membimbing bima mempelajari ilmu, namun ilmu yang dipelajari bima adalah ilmu ketuhanan, bukan ilmu kasatrian ataupun ilmu perang dan tidak ada hubungannya dengan kekuatan. Namun penjelasan itu tidak diterima sangkuni. Dan sangkuni mengancam akan meratakan bumi sokalima dan menghukum drona jika tidak berhenti membimbing bima.

Tak lama kemudian dari kejauhan bima terlihat datang menuju padepokan sokalima. Para kurawa dan sangkuni pun bersembunyi didalam padepokan dan mengancam drona jika berani memberikan ilmu kepada bima maka sokalima akan diobrak-abrik. Dengan tenang resi drona  mempersilahkan para kurawa dan sangkuni untuk masuk kedalam ruangan di sokalima, drona yang merasa tidak melakukan kesalahan dengan tenang menerima kedatangan bima. Bima datang dengan tujuan ingin mempelajari katuhanan, dengan rendah hati bima meghaturkan salam kepada gurunya sang resi drona. Drona menjawab salam dan memberkati bima, setelah beberapa waktu, bima pun memberi tahu maksut kedatangannya, kali ini bima memohon kepada sang guru untuk diajari ilmu “sangkan paraning dumadi” . resi drona yang mendengar hal itu terdiam dan mengatakan kepada bima bahwa ilmu itu adalah ilmu tingkat tinggi. jika ia ingin mempelajari ilmu itu tentu saja ada syarat yang harus ia penuhi. Maka resi drona meminta kepada bima mencari “kayu gung susuhing angin” dengan tegas bima menerima persyaratan yang diberikan oleh gurunya itu. Bima bertanya kepada resi drona dimana harus mencari kayu yang diminta olehnya, resi drona pun menjawab kayu itu berada di gunung candramuka. Setelah mendengar jawaban dari resi drona bima pun langsung mohon pamit kepada resi drona untuk segera bergegas pergi ke gunung candramuka.





Setelah bima pergi, patih sangkuni keluar dari persembunyian dengan menari-nari kegirangan, dan memeluk resi drona, patih sangkui tau bahwa gunung candramuka adalah tempat yang sangat angker dan berbahaya, sudah terkenal tidak akan ada yang bisa selamat setelah masuk ke gunung itu. Sangkuni memberi tau drona jika bima benar-benar tewas di gunung itu maka drona akan diangkat drajadnya dan diberi kedudukan tinggi di negara hastina. Setelah itu patih sangkuni segera pamit untuk kembali ke hastina, drona dengan tenang mempersilahkan mereka.

Bima yang sangat bersemangat ingin menemukan kayu yang diminta oleh gurunya pergi ke gunung dengan menggunakan ajian “blabag pengantul-antul” dengan ajian itu bima bisa melompat  jauh dengan diiringi oleh angin besar. Dengan sekejap bima segera sampai di gunung candramuka. Bima melihat gunung yang memiliki pepohonan besar dengan akar-akar yang menjalar seperti ular, dedaunan yang saling terhubung hingga tidak dapat ditembus oleh sinar matahari. Banyak duri-duri yang tajam menyelimuti pohon yang merambat seolah membuat anyaman. Batu-batu besar terlihat seperti raksasa yang tengah tertidur dan keadaan hutan yang begitu lebat serta menyeramkan. Namun hal itu tidak membuat bima takut, bima menggeram untuk menambah keberaniannya dan dengan segera mencabut pohon pohon besar dari tanah dan mengangkat batu- batu besar yang ada. Karena bima sendir belum pernah melihat kayu yang diinginkan oleh drona maka bima pun dengan membabi buta mengobrak abrik dan memporak poradakan pohon dan batu-batu di gunung candramuka tersebut. ternyata gunung candramuka tersebut dikuasai oleh dua raksasa kembar yaitu rukmuka dan rukmakala, kedua raksasa itu sudah berhari-hari tidak makan karena semua binatang sudah habis dimakan mereka. Kedua raksasa itu pun mulai mencium bau manusia yang datang, maka dengan cepat mereka segera mencari dan mengikuti bau manusia itu. Ternyata setelah bima semakin jauh masuk kehutan bima tiba-tiba dihampiri oleh kedua raksasa yang berbadan besar itu. Kedua raksasa itu bersuka ria karena ada makanan datang tepat pada saat mereka lapar dan makanan itu adalah manusia dengan ukuran besar. Raksasa itu bertanya kepada bima apa yang dia cari, hingga datang ke gunung yang bahkan tidak pernah ada yang berani mengunjunginya itu. Bima memberi tau alasan mengobrak abrik gunung itu adalah mencari “kayu gung susuhing angin” raksasa itu tidak pernah mendengar kayu itu, dan karena bima telah berani masuk ke gunung itu maka bima harus mau dimakan oleh raksasa itu. Bima pun dengan berani menantang kedua raksasa kembar itu. Jika raksasa itu berhasil memakan bima maka mereka akan kenyang selamanya tapi jika tidak berhasil maka bima tidak segan-segan untuk meghabisi mereka. Pertarungan pun terjadi, kedua raksasa itu mengeroyok bima. Meski sendirian, Bima dengan kekuatannya berhasil mengimbangi mereka. Namun setiap raksasa itu berhasil dibunuh salah satu oleh bima setelah dilompati oleh raksasa yang satu lagi, raksasa yang mati itu kembali hidup. Bima mulai agak kuwalahan dan mencari ide untuk menghabisi mereka berdu sekaligus agar setelah mati salah satu tidak ada yang hidup kembali seperti yang sudah terjadi. Bima mendapatkan ide dan berniat untuk membenturkan kepala kedua raksasa tersebut, akhirnya dengan sekuat tenaga bima berhasil menangkap kedua rasasa itu dan dengan kekuatan penuh bima membenturkan kepala kedua raksasa itu hingga pecah dan keduanya mati bersamaan. Setelah kedua raksasa kembar itu mati tiba tiba dari tubuh raksasa itu muncul cahaya terang disertai dengan angin besar yang berbau harum, kedua raksasa itu berubah menjadi dua dewa yaitu dewa indra dan dewa bayu. Kedua dewa itu memberikan anugerah kepada bima dengan menjelaskan maksut dan makna sebenarnya dari “kayu gung susuhing angin” yaitu tubuh manusia yang masih disinggahi oleh sang maha hidup, disebut “susuhing angin” atau sarang angin karena tubuh manusia yang masih hidup selalu bernafas menghirup dan mengeluarkan angin dan diberi nama “ kay gung” atau kayu besar adalah tekat manusia itu sendiri. Tekat bima yang kuat untuk berusaha mencari jati diri itulah yang disebut dengan “kayu gung susuhing angin” setelah mendengar penjelasan dari dewa bayu dan dewa indra bima terlihat berseri-seri karena merasa mendapatkan ilmu yang begitu dalam dan mendapatkan apa yang di minta resi drona sebagai syarat untuk mendapatkan ilmu ketuhanan yang diminta olehnya. Setelah menjelaskan kepada bima tentang kayu gung susuhing angin dewa bayu dan dewa indra memberi hadiah kepada bima berupa cincin bernama “supe druwendra”  karena atas jasa bima kedua dewa itu dapat terbebas dari hukuman kutukan sang batara manikmaya atas kesalahan mereka sehingga berubah menjadi raksasa. Setelah memberikan anugrah kepada bima kedua dewa itu pergi dan berpesan kepada bima untuk tetap berbakti kepada drona karena resi drona lah yang akan memberikan petunjuk kepada bima untuk mendapatkan ilmu ketuhanan tersebut.



Bima segera kembali ke sokalima untuk menemui resi drona, di tengah jalan patih sangkuni dan kurawa yang melihat bima dari kejauhan terkejut dan melongo, karena setelah masuk ke gunung candramuka bima tidak mati malah wajahnya terlihat bersinar, sangkuni yang melihat hal itu segera menggiring kembali para kurawa ke sokalima dan kembali bersembunyi di dalam ruangan di padepokan sokalima dan mencela drona karena tidak berhasil membunuh bima, resi drona yang diperlakukan semacam itu tetap tenang dan menghadapi semua dengan kepala dingin. Tak lama kemudian bima hadir datang di padepokan sokalima. Bima menceritakan hal yang dialaminya di gunung candramuka. Bima yang telah mengobrak abrik hutan ditemui dua raksasa ganas jelmaan dewa bayu dan indra serta telah diberi tau maksut dari kayu gung susuhing angin, resi drona merasa lega atas keberhasilan bima yang berhasil menjawab apa yang menjadi sayembaranya, maka resi drona mengajukan syarat yang kedua yaitu ia meminta bima untuk mencari “banyu suci perwita sari” yang berada ditengah samudra “minang kalbu”. Bima tanpa pikir panjang langsung menerima permintaan itu dan bertanya kepada drona di samudra manakah bima harus mencari, apakah di laut selatan atau di laut utara. Resi drona menjawab bahwa air suci itu berada ditempat yang bima yakini. Jika bima yakin air itu berada di samudera selatan maka ia akan menemukannya disana, jika di laut utara maka bima akan menemukan disana pula. Bima pun pamit kepada resi drona dan meminta restu, serta segera bergegas kembali ke amarta untuk menemui ibu dan saudaranya untuk berpamitan.

Setelah bima meninggalkan sokalima sangkuni kembali keluar dari persembunyian untuk bersuka ria. dengan ingar bingar memeluk drona dan dapat memastikan bahwa bima akan mati karena tidak akan ada yang selamat setelah menceburkan diri ke samudra. Serta menjanjikan drona akan diberi imbalan besar dan segera mengajak semua kurawa kembali ke kerajaan hastina.   

Di negara amarta bima disambut oleh ibu dan keempat saudaranya. Disana bima berpamitan kepada ibu dan saudaranya untuk pergi mencari air suci ditengah samudera. Ibu dan keempat saudaranya pun tidak mengijinkan bima untuk mencebur ke samudera, karena jika bima pergi maka tidak akan ada lagi yang menjadi pengayom bagi saudaranya. namun tekat bima tidak dapat dihentikan. Sekali lagi bima memohon doa restu kepada dewi kunti untuk mencebur ke samudera mencari air suci, akhir nya sang ibu mengizinkan bima, bima pun segera berangkat setelah mendapat restu dari dewi kunti. Setelah bima berangkat Arjuna pun segera ikut pamit untuk pergi menemui resi drona dengan tujuan jika sampai kakaknya celaka maka resi drona harus bertanggung jawab.

Bima yang berangkat ke samudra Dengan cepat sudah sampai di tepi laut. Melihat luasnya samudera yang terlihat tak bertepi dengan ombak yang bergulung seolah tidak ada habisnya dan membentur ke batu karang dengan keras bima merasa miris, dalam hati merasa takut, dan berfikir apakah apa yang dia lakukan ini benar. Lalu bima pun teringat dengan pesan ibunya bahwa orang yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang dia cari dan keyakinan di dalam diri adalah kunci dari segala kesuksesan. Maka bima merasa bangkit dan segera berjalan menuju ketengah samudera semakin ke tengah semakin menengah hingga ombak besar menarik dan menggulungkan tubuh bima hingga terombang ambing dan membuat bima kehilangan kesadaran.  Ternyata jauh di tengah samudera ada seekor naga yang tengah muncul di permukaan,naga raksasa dengan mahkota di kepalanya yang menyemburkan air hingga seperti banjir besar, dan ekornya menggeliat ke atas seolah akan menarik bintang dari langit. Naga yang melihat tubuh bima terombang ambing oleh ombak samudra segera meluncur untuk mencabik cabik tubuh bima.bima yang kehilangan kesadaran dililit oleh naga besar itu dan pahanya digigit naga hingga taring naga itu tembus. Hal itu membuat bima yang kehilangan kesadaran menjadi terbangun. Dengan setengah sadar dan berada diantara hidup dan mati bima berusaha melepaskan gigitan ular naga yang menggigit pahanya tersebut.sangking kuatnya bima yang berusaha melepaskan gigitan itu, tanpa sengaja hingga merobek mulut ular naga hingga naga terbelah menjadi dua dan mati seketika, lautan pun menjadi merah darah. Setelah itu tiba-tiba ada cahaya muncul dari ular tersebut. dan bima ditemui oleh manusia berukuran kecil yang wajahnya mirip dengannya namun memancarkan cahaya yang terang dan menyejukkan.  Perwujudan kecil itu bertanya kepada bima kenapa ia menceburkan diri ke samudra, bima menjawab bahwa ia ingin mencari air perwita sari, lalu wujud anak kecil yang mengaku dirinya adalah dewaruci itu menjelaskan bahwa air perwitasari adalah air suci yang ada didalam hati bima sendiri yang tidak bisa dikendalikan dan terikat oleh hawa nafsu yang berwujud kecil atau dewa ruci adalah jati diri bima sendiri, bima masih bingung dan meminta dewa ruci menjelaskan bagaimana penjelasannya, lalu dewa ruci menjelaskan bahwa bima yang diombang ambingkan ombak dan diserang oleh naga, namun masih bisa selamat, itu menjadi pertanda bahwa bima sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Bima yang tadinya berdiri tegak pun berlutut dan memberi penghormatan kepada dewa ruci dan bima yang biasanya tidak bisa berbahasa halus namun kepada dewa ruci bima berbicara menggunakan bahasa yang halus dan tertata. Dengan rendah hati bima memohon kepada dewa ruci untuk memberi tahu jalan kesempurnaan dan kebahagiaan hidup, dewa ruci pun mengabulkan permintaan bima , dewa ruci menyuruh bima untuk masuk kedalam tubuhnya, dengan tekat yang kuat sang maha kuasa akan mengabulkannya. Bima pun masuk kedalam tubuh dewa ruci, disana bima merasa tenang dan tentram, tempat yang sangat luas tanpa batas, hanya ada tentram dan ketenangan jiwa. Dewa ruci pun memberi tau bahwa bima sudah berhasil membuka tabir dan masuk kedalam hati, hal inilah yang menjadi sarana membuatnya dekat dengan sang maha suci. Dewa ruci juga menjelaskan bahwa cahaya terang yang berwarna warni itu adalah pertanda bahwa bima sudah berhasil menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya dengan jalan beribadah dan menerapkan dalam setiap langkah kehidupannya.bima merasa senang dan meminta ijin untuk tetap berada disana karena disana bima sudah merasa tenang dan damai, namun dewa ruci tidak mengizinkannya karena belum tiba saatnya, masih ada kewajiban hidup yang harus diselesaikan oleh bima. Ibarat orang makan bima hanya sedang mencicipinya dan akan tiba saatnya besuk bima akan mendapatkan kedamaian sejati yang kekal di hadapan sang pencipta, kemudian bima dikeluarkan dari tubuh dewa ruci dengan rambut sudah digelung atau diikat diatas sebagai tanda bima sudah mencapai tataran makrifat, dan setelah itu sang dewa ruci menyatu dengan bima yang sudah mengerti akan jati diri dan kesempurnaan hidup.







Disisi lain arjuna yang pergi ke sokalima memojokkan resi drona karena sudah sampai tengah hari kakaknya bima belum kembali kedaratan dan resi drona lah yang menyuruh bima masuk ke samudra maka drona yang merasa bertanggungjawab atas muridnya mencoba menyusul bima dan setuju untuk ikut mencebur ke samudra. Sesampainya di tepi laut drona yang masih manusia biasa melihat ombak bergulung dan menerpa batu karang dan melihat luasnya samudra yang tanpa batas merasa miris namun karena drona bertanggung jawab dengan muridnya dan sebagai guru di negara hastina drona harus berani dengan segala resiko atas semuanya drona pun tanpa pikir panjang segera meloncat ke samudra, arjuna menunggu di tepi pantai, tak lama kemudian arjuna melihat seseorang muncul dari samudra, teryata itu adalah bima dengan rambut yang diikat diatas kepala yang sedang menggendong resi drona. Selain mengucap rasa syukur bima mengucapkan terimakasih atas bimbingan dari gurunya drona karena berkat petunjuk yang diberikan resi drona bima pun berhasil menemukan jati dirinya dan menemukan apa yang selama ini ia cari.

Oleh : Riyadi Setyawan S.Sn

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar