Bale
Gala-Gala
Pagi
yang cerah dengan angin segar, kicau burung menghiasi pagi yang cerah di negara
hastina, pagi itu adalah pertemuan agung di pendopo negara hastina, pendopo
yang indah dengan berbagai ukiran dan hiasan berbahan emas, lantai yang
dilapisi dengan permadani dan bertaburan bunga yang harum, dengan iringan swara
gamelan pakurmatan atau gamelan yang digunakan untuk penghormatan,para punggawa
kerajaan bersiap hadir untuk pertemuan besar dengan raja yang agung di negara
hastinapura. Para wiku, para guru , dan penasehat datang dengan dihormati, para
senopati agung datang dengan gagahnya, dan para keluarga bangsawa datang dengan
penghormatan oleh semua punggawa kerajaan. Kemegahan negara hastina seakan
tidak ada yang menandinginya, dimana semua material bangunan dibua dengan indah
, dengan kayu pilihan yang diukir sedemikian rupa hingga membuat semua yang
memandang terkesima. Arca atau patung yang menghiasi kerajaan sangat detail,
seolah hidup dan ikut menyambut pertemuan besar di pendopo agung negara
hastina, para penari bedaya yang bersiap untuk upacara kehadiran raja bersiap
dengan bunga-bungan yang segar dan wangi. Para punggawa begitu banyaknya hingga
memenuhi pendopo agung dan di halaman pendopo, sangking banyaknya para prajurit
sampai terlihat seperti lautan. Sang raja prabu detarastra duduk disinggasana
kerajaan yang terbuat dari emas, setelah prabu pandu gugur ia menitipkan pesan
kepada kakaknya yaitu menitipkan kerajaan hastina dan harta yang paling berharga yaitu anak-anaknya
kepada destarastra kakaknya. Pagi itu adalah pertemuan besar, sang raja
memanggil semua anaknya kurawa dan pandawa, serta para punggawa kerajaan
hastina. Karena destarastra buta ia menyuruh para pandawa mendekat untuk diraba
wajahnya, ia pun menangis saat meaba wajah arjuna karena diantara kelima
saudara arjuna memiliki wajah yang paling mirip dengan pandu, setelah melihat para pandawa ternyata sudah
dewasa dan cukup umur untuk menduduki tahta , maka sang raja besar negara
hastina tersebut segera memberikan sabda kepada semua yang hadir bahwa ia akan
turun tahta karena yang menjadi raja sebelumnya adalah pandu maka saat pandu
meninggal yang menggantikannya adalah para pandawa, dan destarastra hanya menjadi
wakil karena para pandawa saat itu belum cukup umur untuk menduduki tahta
kerajaan. Dan sekarang sudah tiba saatnya untuk para pandawa menduduki tahta
negara hastina, serta sang destarastra turun tahta. Dari rundingan para
penasehat dan para guru maka diputuskan yang menjadi raja adalah puntadewa
yaitu kakak tertua dari pandawa.
Hal
ini membuat sangkuni sang maha patih yang memiliki watak licik gelisah dan
tidak terima akan sabda raja tersebut. dengan akalnya yang licik ia mengusulkan
karena hastina adalah kerajaan besar maka acara ini tidak boleh sembarangan dan
harus dirayakan dengan besar, sembari mengulur waktu patih sengkuni membuat
rencana yang licik, ia mengusulkan untuk membuat bale khusus untuk pertemuan.
Celakanya usulan sangkuni itu diterima dan disetujui oleh sang raja. di bale
tersebut para pandawa dan kurawa dibuatkan bale yang terpisah, sangkuni
memerintahkan seorang demang dari kalangan sudra bernama purucana untuk
membangun bale khusus untuk pandawa, dimana bale tersebut didesain agar mudah terbakar saat tercium api, dengan
material bahan yang mudah terbakar purucana membangun bale untuk pandawa, dan
untuk para kurawa dibuatkan bale dengan bahan-bahan yang tidak mudah terbakar.
Setelah
bale selesai dibangun para punggawa kerajaan serta bangsawan negara hastina
segera menempati bale tersebut, pandawa dan kurawa menempati tempat yang
berbeda, acara yang seharusnya segera dimulai dengan sengaja diulur-ulur dan
ditunda-tunda , para korawa yang sudah dibisiki rencana jahat sangkuni ikut
mengulur waktu dengan mengadakan pesta hingga larut malam. Akhirnya Setelah
malam tiba para kurawa dan pandawa pun segera kembali ke bale masing-masing dan
penobatan akan dilakukan esok harinya. Malam tiba, para korawa sudah tertidur
pulas, namun pandawa merasa ada yang janggal, kunti puntadewa dan bima , arjuna
serta kembar tidak bisa tidur karena merasa ada yang aneh, mereka tetap
terjaga, kunti mengingatkan kepada bima untuk tetap terjaga jangan sampai
tertidur, ternyata tidak lama kemudian si purucana segera menjalankan
rencananya, ia segera membakar penginapan para pandawa, hanya dengan obor kecil
api langsung membesar dan menjalar, api semakin besar dan dengan cepat menjalar
keseluruh ruangan, para kurawa dan patih sengkuni yang mengetahui hal itu
sengaja berpura-pura tidak tau dan tetap berada didalam bale dan tidur dengan
nyaman. Sangkuni yang licik keluar dari kamarnya ia menemui purucana, dan tanpa
diduga sangkuni menusuk purucana dari belakang dan melemparkan mayat purucana
ke dalam bara api untuk menghilangkan jejak. Sangkuni sudah merasa aman dan
kembali kekamarnya.
Kunti
dengan anak-anaknya yang terjaga terkejut melihat api yang tiba-tiba muncul dan
menjalar dengan cepat, dengan sigap bima menggendong keempat adiknya dan
ibunya, dan menyelamatkan diri, ia menggendong kadua adiknya di tangan kiri dan
arjuna serta puntadewa di tangan kanan, serta menggendeng kunti dipunggungnya
dan menyuruh untuk berpegangan rambut bima, bima mencoba menyelamatkan diri dan
keluarganya, ia melompati bara api yang besar dan berusaha keluar dari bale
tersebut, namun api sangat cepat menjalar seakan tidak ada jalan keluar, namun
bersamaan dengan itu muncul seekor garangan atau musang berwarna putih yang
seakan menujukkan jalan keluar untuk para pandawa, musang itu menggali tanah
dan membuatkan jalan untuk menyelamatkan para pandawa,
Ternyata
garangan itu membawa para pandawa ke khayangan saptapertala yaitu khayangan
dibawah tanah milik sang antaboga penguasa bumi. Setelah sampai di khayangan saptapertala
garangan itu berubah ke wujud aslinya yaitu batara antaboga, para pandawa tidak
pernah mengira akan diselamatkan oleh dewa yang menguasai bumi. disana batara antaboga menjelaskan bahwa putrinya
bernama nagagini bermimpi bertemu dengan lelaki idamannya dan ingin dinikahkan
dengannya, setelah diselidiki ternyata lelaki itu tak lain adalah bima yang
tengah sengaja dibakar di bale gala-gala oleh saudaranya tersebut. para pandawa
mengucapkan terima kasih dan dengan restu ibunya bima menikahi naga gini dan
para pandawa berterimakasih atas pertolongan yang diberikan oleh batara
antaboga hingga mereka masih bisa terselamatkan meski dalam keadaan yang begitu
mendesak seperti itu. Dan setelah beberapa lama mereka mohon pamit karena masih
ada darma yang harus diselesaikan, masih ada tugas sebagai seorang kesatria
yang harus dikerjakan. Kunti dan para pandawa segera meninggalkan khayangan
sapta pertala, mereka ingin mengasingkan diri di hutan, kepada batara antaboga
kunti dan pandawa berterimakasih dan berpamitan, dan Kepada naga gini bima
pamit serta berpesan kepada naga gini, jika anaknya dengan bima nanti telah lahir
maka bima meminta anak tersebut diberinama antareja. Setelah itu kunti dan para
pandawa segera kembali kedunia atas, mereka mengasingkan diri dihutan dan
sengaja menunggu waktu yang tepat untuk muncul kembali ke negara hastina.
Oleh : Riyadi Setyawan S.Sn
0 komentar:
Posting Komentar